Mereka,
anak-anak berkebutuhan khusus, selalu dipandang sebelah mata oleh sebagian
masyarakat kita. Tak pantas rasanya mengkategorikan anak berkebutuhan khusus
sebagai "anak yang tidak berharga", "anak yang tak punya masa
depan", atau "anak yang jadi beban orangtua". Anak-anak
berkebutuhan khusus bukanlah anak-anak yang dilahirkan biasa tapi mereka
terlahir dari para orangtua yang hebat dan sangat luar biasa. Sebuah pelajaran
hidup dan kisah inspiratif yang kami peroleh dari para orangtua hebat dalam
kegiatan anjangsana ke putra-putri Prajurit TNI-AD dijajaran Persit Koorcab Rem
151 yg mengalami cacat mental & fisik, diantaranya ibu-ibu Persit Kartika
Chandra Kirana Cabang XXVII Kodim 1504/Ambon. Pada bulan Desember yang lalu,
Ibu Ketua Persit Kartika Chandra Kirana (KCK) Koorcab Rem 151 PD XVI/Pattimura
beserta Ibu Wakil Ketua dan Seksi Sosial, serta Ketua Persit KCK Kodim Ambon
dan pengurus mengunjungi rumah anak-anak berkebutuhan khusus (16/12/17), antara
lain ananda Theresia Noya, 16 thn, yang menderita gangguan kelainan otak dan
perkembangan saraf dan fungsi tubuh akibat permasalahan medis saat dalam
kandungan, adalah putri yang sangat cantik dari Ny. Monce Noy, anggota Persit
Ranting Haruku Kodim Ambon, kemudian ananda Huzar Devan Latuile, 7thn, putra dari
Ny. Agustinus Latuile yang menderita microcephalus, yaitu ketidaknormalan
sistem saraf yang menyebabkan ukuran kepala lebih kecil dari ukuran normalnya,
serta ananda Ni Luh Chantika, 10 thn, putri dari Ny. Ketut Janji, Wakil Ketua
Cabang Kodim Ambon, yang juga menderita gangguan otak dan perkembangan di dalam
kandungan. Pada saat mengunjungi anak-anak tersebut, kami melihat bagaimana
orangtua mereka mengajari dan merawat mereka dengan penuh kesabaran dan kasih
sayang. Kami banyak belajar dari ibu-ibu yang luar biasa bahwa benar adanya
cinta seorang ibu kepada anaknya sepanjang masa dan tanpa syarat. Para ibu
hebat tersebut tetap menjalankan tanggungjawabnya merawat si buah hati dengan
penuh keikhlasan dan sukacita. Tak ada terdengar keluhan dan sungutan dari
bibir mereka. Yang ada hanya senyuman. Senyuman ditengah kesesakan. Senyuman
mensyukuri hidup. Bagaimanapun kondisi fisik & mental putra-putri yang
dilahirkannya, mereka menerimanya dengan sangat tulus ikhlas dan penuh
ketabahan. Banyak pelajaran berharga yang kami dapati ketika kami berkunjung ke
rumah para ibu tersebut dan menyaksikan kehidupan sehari-hari mereka yang
menuntutnya penuh kesabaran, yaitu belajarlah bersyukur dalam segala keadaan.
Bersyukur dalam kekurangan, ikhlas dalam ketidak-relaan dan bersabar dalam
menanggung beban. Mereka yang bahagia tidak selalu harus memiliki apa yang
terbaik dalam hidup mereka, tetapi mampu menjadikan setiap apapun yang hadir
dalam hidupnya menjadi yang terbaik.
(dikisahkan
oleh Ny. Imam Kanafi & Ny. Gerald Tobing-Pengurus Persit KCK Koorcab Rem
151 PD XVI/Pattimura)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar