Pada
tanggal 22 Juli 2016, untuk pertama kalinya kami beserta keluarga tiba di kota
Tual Maluku Tenggara, Ambon- Maluku. Sebagai istri prajurit TNI-AD, sudah
menjadi kewajiban saya untuk mendampingi suami dimanapun bertugas, dan saat itu
suami saya, Letkol Arh Hilarius Karnedi, mendapat amanah menjadi Komandan Kodim
1503/Tual Korem 151 Kodam XVI/Pattimura.
Di
daerah Tual, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan.
Lahan yang cukup tersedia tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk
bercocok tanam karena lahan-lahan tersebut dianggap tidak subur, yang mana
disebabkan oleh kondisi tanah yang berbatu.
Maka
untuk memenuhi kebutuhan akan sayur-mayur dan buah-buahan, sebagian penjual
mendatangkannya dari Pulau Jawa dan Kota Makassar dengan harga yang mencapai
dua sampai dengan tiga kali lipat dari harga semula. Mencari solusi atas
kondisi sosial tersebut, suami saya selaku Dandim Tual berinisiatif untuk
meninjau lahan milik masyarakat dan mengajak mereka bekerjasama dan meminjamkan
lahan mereka seluas 1,5 hektar untuk digunakan sebagai lahan bercocok tanam.
Dibantu
oleh personil jajaran Kodim Tual, kami membuka lahan tersebut yang masih
dipenuhi dengan semak-semak. Setelah lahan dibuka, ternyata memang kondisi
tanah kering, penuh dengan karang dan bebatuan. Mencermati kondisi tanah yang
penuh dengan karang, batu dan lapisan tanah yang sangat tipis, maka cara
pengolahan tanah harus dilakukan secara benar dan tepat untuk menghasilkan
struktur tanah yang subur. Metode pengolahan lahan yang kami lakukan awalnya
yaitu dengan mencangkul tanah dan diayak sehingga tanah terpisah dengan
batunya. Kemudian tanah yang sudah terpisah tersebut, dicampur dengan kotoran
ayam, rumput dan larutan gula pasir dengan perbandingan kurang lebih satu truk
tanah dicampur dengan sepuluh karung kotoran ayam sebagai pupuk dan sepuluh
karung rumput yang selanjutnya di siram dengan 10 kg gula pasir yang telah
dilarutkan dengan air. Selanjutnya campuran tersebut ditutup dengan terpal atau
plastik, setiap hari terpal atau plastik tersebut dibuka untuk disiram dengan
air biasa, dan setelah disiram maka ditutup kembali. Penyiraman tersebut
dilakukan setiap hari selama delapan minggu. Setelah kurun waktu tersebut,
media tanah yang akan ditanami sudah siap untuk digunakan pada lahan.
Kemudian
kita menyiapkan lahan dan dibuatkan "bedeng-bedeng". Pertama-tama
kita buat lubang-lubang terlebih dahulu, untuk dimasukkan tanah yang sudah
diolah dan bibit yang siap tanam.
Dengan
lahan yang sudah siap ditanami, maka kami mencoba untuk menanam bibit semangka.
Dengan luas tanah +/- 1,5 hektar bisa ditanami kurang lebih 5000 bibit
semangka, adapun pembibitan semangka, yaitu dengan cara biji semangka direndam
dengan air hangat selama sepuluh menit, kemudian direndam dengan air dingin
selama 12 jam. Setelah itu bibit disebar ke tanah yang sudah disiapkan untuk
penyemaian bibit dan ditutup dengan daun kelapa agar tidak terpapar sinar
matahari langsung. Penyemaian bibit disiram setiap pagi dan sore selama tiga
hari. Setelah bibit tumbuh menjadi tunas dengan tinggi 5 cm, bibit-bibit
tersebut dipindahkan ke polibek yang berisi tanah yang sudah dicampur dengan
pupuk organik. Jika daun sudah tumbuh kurang lebih lima lembar atau sekitar
tiga minggu maka dapat dipindahkan ke lahan atau bedeng yang siap tanam.
Setelah ditanam di lahan, harus dilakukan penyiraman setiap dua hari sekali,
pagi dan sore, serta pemberian pupuk flora empat hari sekali, guna menyuburkan
batang dan daun sampai umur tanam satu bulan, dan apabila terdapat hama tanaman
maka dapat disemprotkan obat pembasmi hama. Hal tersebut rutin harus dilakukan
sampai masa panen tiba. Setelah tiga bulan, maka buah-buah semangka siap untuk
dipanen. Dengan luas lahan kurang lebih 1,5 hektar, dari 5000 bibit semangka
yang di tanam dapat menghasilkan 10 ton semangka. Harga pasaran semangka di
Maluku Tenggara dan Kota Tual adalah Rp. 15.000/kg, tapi kami disini menjualnya
dengan harga yang lebih murah, yaitu 10.000/kg, sehingga hasil yang kami dapat
dari 10 ton semangka adalah Rp.100. 000. 000,-. Di sela-sela tugas dan
kesibukan suami sbagai DandimTual, sering kali suami turun tangan untuk
mengolah lahan ataupun mencampur pupuk organik secara langsung. Melihat hasil
nyata dari teknik pengolahan tanah tersebut, suami saya memberikan penyuluhan
kepada anggota maupun masyarakat bahwa dengan mengolah tanah secara tepat akan
bisa memberikan produk pertanian yang berkualitas dan mampu meningkatkan
ekonomi masyarakat. Kami menunjukkan bukti nyata kepada masyarakat. Untuk
pengolahan tanah di Maluku Tenggara dan Kota Tual, pada kenyataannya masih bisa
menghasilkan tanaman , baik buah ataupun sayuran dengan nilai ekonomis yang
sangat tinggi. Suami saya juga melakukan pembinaan kepada para anggotanya dan
masyarakat setempat agar memanfaatkan lahan tidur untuk dikelolah menjadi
sumber penghasilan. Setelah suami saya memberikan contoh cara pengolahan tanah
yang produktif kepada masyarakat, antusias masyarakat untuk bercocok tanam
sangat tinggi. Suami saya sering menyampaikan kepada masyarakat di daerah
Maluku Tenggara,khususnya daerah Tual, bahwa menjadi petani bukanlah hal yang
sulit. "Asalkan ada keinginan pasti bisa dikerjakan. Yang terpenting
adalah usaha dan kemauan dari diri sendiri." ujar Suami saya mengobar
semangat. Mungkin saya bisa simpulkan kepada para pembaca, khususnya seluruh
ibu-ibu Persit, ibarat kata pepatah: DI MANA ADA KEMAUAN, PASTI ADA JALAN !
(dikisahkan
oleh: Ny. Hilarius Karnedi, Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XXVI
Kodim 1503/Tual Koorcab Rem 151 PD XVI/Pattimura)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar