Senin, 22 Januari 2018

Peningkatan Ekonomi Masyarakat Tual Melalui Teknik Pengolahan Lahan yang Produktif

Pada tanggal 22 Juli 2016, untuk pertama kalinya kami beserta keluarga tiba di kota Tual Maluku Tenggara, Ambon- Maluku. Sebagai istri prajurit TNI-AD, sudah menjadi kewajiban saya untuk mendampingi suami dimanapun bertugas, dan saat itu suami saya, Letkol Arh Hilarius Karnedi, mendapat amanah menjadi Komandan Kodim 1503/Tual Korem 151 Kodam XVI/Pattimura.
Di daerah Tual, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Lahan yang cukup tersedia tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk bercocok tanam karena lahan-lahan tersebut dianggap tidak subur, yang mana disebabkan oleh kondisi tanah yang berbatu.
Maka untuk memenuhi kebutuhan akan sayur-mayur dan buah-buahan, sebagian penjual mendatangkannya dari Pulau Jawa dan Kota Makassar dengan harga yang mencapai dua sampai dengan tiga kali lipat dari harga semula. Mencari solusi atas kondisi sosial tersebut, suami saya selaku Dandim Tual berinisiatif untuk meninjau lahan milik masyarakat dan mengajak mereka bekerjasama dan meminjamkan lahan mereka seluas 1,5 hektar untuk digunakan sebagai lahan bercocok tanam.
Dibantu oleh personil jajaran Kodim Tual, kami membuka lahan tersebut yang masih dipenuhi dengan semak-semak. Setelah lahan dibuka, ternyata memang kondisi tanah kering, penuh dengan karang dan bebatuan. Mencermati kondisi tanah yang penuh dengan karang, batu dan lapisan tanah yang sangat tipis, maka cara pengolahan tanah harus dilakukan secara benar dan tepat untuk menghasilkan struktur tanah yang subur. Metode pengolahan lahan yang kami lakukan awalnya yaitu dengan mencangkul tanah dan diayak sehingga tanah terpisah dengan batunya. Kemudian tanah yang sudah terpisah tersebut, dicampur dengan kotoran ayam, rumput dan larutan gula pasir dengan perbandingan kurang lebih satu truk tanah dicampur dengan sepuluh karung kotoran ayam sebagai pupuk dan sepuluh karung rumput yang selanjutnya di siram dengan 10 kg gula pasir yang telah dilarutkan dengan air. Selanjutnya campuran tersebut ditutup dengan terpal atau plastik, setiap hari terpal atau plastik tersebut dibuka untuk disiram dengan air biasa, dan setelah disiram maka ditutup kembali. Penyiraman tersebut dilakukan setiap hari selama delapan minggu. Setelah kurun waktu tersebut, media tanah yang akan ditanami sudah siap untuk digunakan pada lahan.
Kemudian kita menyiapkan lahan dan dibuatkan "bedeng-bedeng". Pertama-tama kita buat lubang-lubang terlebih dahulu, untuk dimasukkan tanah yang sudah diolah dan bibit yang siap tanam.
Dengan lahan yang sudah siap ditanami, maka kami mencoba untuk menanam bibit semangka. Dengan luas tanah +/- 1,5 hektar bisa ditanami kurang lebih 5000 bibit semangka, adapun pembibitan semangka, yaitu dengan cara biji semangka direndam dengan air hangat selama sepuluh menit, kemudian direndam dengan air dingin selama 12 jam. Setelah itu bibit disebar ke tanah yang sudah disiapkan untuk penyemaian bibit dan ditutup dengan daun kelapa agar tidak terpapar sinar matahari langsung. Penyemaian bibit disiram setiap pagi dan sore selama tiga hari. Setelah bibit tumbuh menjadi tunas dengan tinggi 5 cm, bibit-bibit tersebut dipindahkan ke polibek yang berisi tanah yang sudah dicampur dengan pupuk organik. Jika daun sudah tumbuh kurang lebih lima lembar atau sekitar tiga minggu maka dapat dipindahkan ke lahan atau bedeng yang siap tanam. Setelah ditanam di lahan, harus dilakukan penyiraman setiap dua hari sekali, pagi dan sore, serta pemberian pupuk flora empat hari sekali, guna menyuburkan batang dan daun sampai umur tanam satu bulan, dan apabila terdapat hama tanaman maka dapat disemprotkan obat pembasmi hama. Hal tersebut rutin harus dilakukan sampai masa panen tiba. Setelah tiga bulan, maka buah-buah semangka siap untuk dipanen. Dengan luas lahan kurang lebih 1,5 hektar, dari 5000 bibit semangka yang di tanam dapat menghasilkan 10 ton semangka. Harga pasaran semangka di Maluku Tenggara dan Kota Tual adalah Rp. 15.000/kg, tapi kami disini menjualnya dengan harga yang lebih murah, yaitu 10.000/kg, sehingga hasil yang kami dapat dari 10 ton semangka adalah Rp.100. 000. 000,-. Di sela-sela tugas dan kesibukan suami sbagai DandimTual, sering kali suami turun tangan untuk mengolah lahan ataupun mencampur pupuk organik secara langsung. Melihat hasil nyata dari teknik pengolahan tanah tersebut, suami saya memberikan penyuluhan kepada anggota maupun masyarakat bahwa dengan mengolah tanah secara tepat akan bisa memberikan produk pertanian yang berkualitas dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Kami menunjukkan bukti nyata kepada masyarakat. Untuk pengolahan tanah di Maluku Tenggara dan Kota Tual, pada kenyataannya masih bisa menghasilkan tanaman , baik buah ataupun sayuran dengan nilai ekonomis yang sangat tinggi. Suami saya juga melakukan pembinaan kepada para anggotanya dan masyarakat setempat agar memanfaatkan lahan tidur untuk dikelolah menjadi sumber penghasilan. Setelah suami saya memberikan contoh cara pengolahan tanah yang produktif kepada masyarakat, antusias masyarakat untuk bercocok tanam sangat tinggi. Suami saya sering menyampaikan kepada masyarakat di daerah Maluku Tenggara,khususnya daerah Tual, bahwa menjadi petani bukanlah hal yang sulit. "Asalkan ada keinginan pasti bisa dikerjakan. Yang terpenting adalah usaha dan kemauan dari diri sendiri." ujar Suami saya mengobar semangat. Mungkin saya bisa simpulkan kepada para pembaca, khususnya seluruh ibu-ibu Persit, ibarat kata pepatah: DI MANA ADA KEMAUAN, PASTI ADA JALAN !


(dikisahkan oleh: Ny. Hilarius Karnedi, Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XXVI Kodim 1503/Tual Koorcab Rem 151 PD XVI/Pattimura)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar